Kamis, 10 November 2011

I NEED MORE COFFEE ...

Saat sedang mengantri untuk presensi pagi ini, kudengar percakapan diantara teman sejawatku ...
"I need more coffee this morning ..."
"You could come to my house and get more coffee there," aku menjawab.
"Did you drink coffee? I didn't know that," kata temanku yang lain.
"You drink water all the time," lanjut temanku tadi.
Aku menjawab,"My husband does drink coffee. Not me."
Aku melanjutkan, "Once I drink coffee, I would stay wake up all day."
Kata teman yang mengatakan kopinya kurang "Yeah ... Because there's no caffeine there."

Sebuah percakapan yang sangat biasa. Hampir setiap pagi, temanku ini membawa sebuah gelas besar berisi kopi. Kopi pahit berwarna hitam pekat. Kopi yang menjadi sarapan wajibnya. Kopi yang kadang dibelinya dari sebuah warung kopi yang logonya sangat khas. Kopi yang menjadi bagian dari hidupnya. Kopi yang setia menemaninya di pagi hari yang dingin. Kopi yang banyak memberinya energi di saat ia berkarya. Kopi yang seolah menjadi daya hidupnya.

Segelas kopi, baginya adalah sebuah kebutuhan. Segelas kopi, yang dia tahu mengandung cafein yang sebenarnya tidak menyehatkan tubuhnya, tetap akan terus menjadi bagian hidupnya. Aku gak heran ketika dia mengatakan "I need more coffee" pagi itu, karena dia memang memerlukannya ...    

Ya ... Baginya segelas kopi adalah daya hidup yang akan menjadi sumber energinya dalam menjalani karyanya hari ini ...