Selasa, 29 November 2011

HOW MUCH DO YOU LOVE ME?

"Tell me, how much do you love me?" tanya temanku pada ibunya lewat telpon.
Nampaknya ibunya memberikan jawaban yang menyenangkan hati temanku. Kulihat temanku tersenyum.
"Then, can you drive her home?" lanjut temanku pada ibunya.
Sesudahnya percakapan via telpon itu selesai.

Hampir setiap hari temanku menelpon ibunya. Bisa tiga sampai empat kali sehari. Kata temanku, selain untuk memastikan ibunya baik-baik saja, kadang-kadang temanku memerlukan pertolongan ibunya untuk mengantar jemput anaknya sekolah. Maklum, temanku musti berangkat pagi-pagi dari rumah dan sampai di rumah kembali selepas jam 5 sore. Otomatis, kegiatan antar jemput anaknya pun diserahkan pada ibunya.

Ibu temanku berusia 70-an tahun. Ini kudengar dari ceritanya saja. Secara pribadi aku belum pernah bertemu beliau, hanya pernah melihatnya melalui foto keluarga yang dibawa temanku ke kantor. Aku tahu temanku ini sangat memerlukan ibunya, terlebih di saat dirinya sibuk bekerja seperti saat ini. Dia pernah bilang, tanpa pertolongan ibunya, dia yakin akan sangat repot, sulit dan mahal baginya untuk mencarikan siapa yang bisa mengantar jemput anaknya. Karenya, kehadiran ibunya sangatlah berarti baginya.

Kalimat "How much do you love me?" yang kemudian diikuti permintaan untuk melakukan sesuatu (demi membuktikan besarnya cinta) rasanya agak janggal di telingaku. Ya ... Baru kali ini aku mendengar pertanyaan yang diikuti permintaan seperti ini. Barangkali hal ini merupakan sesuatu yang wajar diucapkan oleh masyarakat asli sini. Namun, menjadi sesuatu yang menarik bagiku saat aku mendengarnya langsung hari ini.

Pandangan mengenai cinta yang perlu dibuktikan memang bukan sesuatu yang mudah untuk dibenarkan atau disalahkan. Semua memiliki argumen masing-masing terhadap cara pandang yang seperti ini. Diskusi mengenai hal ini pun barangkali akan menarik, karena setiap alasan yang dikemukakan bisa jadi ada benarnya dan logis.

Yang paling penting bagiku, cinta tidak untuk dimanipulasi. Atau juga, cinta tidak bisa dipaksa untuk diwujudkan. Kenapa? Entahlah ... Jawabannya berpulang pada diri kita masing-masing ...