Rabu, 23 November 2011

I MISS HER ...

"How's your baby?" tanyaku pada temanku pagi itu.
"She's fine" jawabnya ...
"She changed since she moved out" lanjut temanku.
"I miss her a lot ..." katanya lagi.

Yang kumaksud baby adalah anak perempuan temanku yang sedang menginjak masa remaja. Temanku pernah bercerita padaku anak perempuannya ini hidup dengan ayahnya. Dia memilih hidup dengan ayahnya karena dia merasa lebih leluasa mengatur hidupnya. Anak ini merasa lebih bebas dengan hidup bersama ayahnya.

Temanku hanya bertemu dengan buah hatinya beberapa kali dalam sebulan. Kadang-kadang, saat temanku merindukannya dan mencoba menelponnya, anak ini tidak mengangkat telpon tersebut. Temanku sering merasa sedih karenanya. Ketika dia berbagi cerita denganku mengenai hal ini, aku prihatin dan bersimpati padanya. Sungguh sebuah situasi yang tidak menyenangkan. 

Kerinduan yang dipendam temanku untuk sekedar berbicara dengan buah hatinya lama-lama menjadi bagian dari kesehariannya. Saat kerinduan itu datang dan dicobanya menghubungi buah hati, dia tahu, hasilnya tidak selalu menggembirakan. Tetapi dia tidak pernah menyerah. Texting atau SMS dikirimnya untuk buah hatinya ini. Sekalipun tidak ada balasan, setidaknya rasa rindunya sudah disampaikannya.

"I miss her ... " sungguh sebuah kalimat yang sarat makna. Apalagi saat kalimat ini muncul dari orangtua yang sungguh mengasihi anaknya. Harapanku simpel saja, semoga anak ini mengerti apa yang dirasakan orang tuanya dan mau menjawab telpon yang datang dari seseorang yang sungguh mengasihinya ...