Kamis, 10 November 2011

I CAN'T LIVE WITHOUT CHOCOLATE ...

Ungkapan yang biasa kudengar dari temanku yang bekerja di Maintenance Department sebenarnya bukanlah "I can't live without chocolate". Setiap kali mampir kantor, dia selalu bertanya "What are you doing?" yang selalu kami (aku dan temanku) jawab dengan kompak "Nothing" ketika kantor sepi. Lalu saat temanku balik bertanya "What are you doing" dia akan memberikan jawaban yang sama "Nothing."

Namun, hari ini dia datang dengan kalimat ini "I can't live without chocolate .." Coklat yang dimaksud adalah permen coklat, coklat batang (chocolate bar) dan semua jenis coklat yang dikenalnya ... Termasuk coklat yang dinikmatinya sebagai makanan penutup (dessert) yang akan atau sudah disantapnya ...

Bagiku, kecintaannya pada coklat sangat wajar. Terlahir dan beranjak dewasa di negara yang memang menjadikan coklat sebagai makanan dan minuman sehari-hari (entah berupa minuman, roti untuk sarapan, permen, snack, makanan penutup dan sejenisnya), sudah pasti hidupnya gak bisa jauh dari coklat ini. Sudah menjadi kebiasaan bagi temanku tadi untuk selalu menyertakan coklat dalam aktifitasnya sehari-hari. Karenanya, dia mengatakan dia gak bisa hidup tanpa coklat ...

Agaknya, kebiasaan sejak kecil membentuk sifat dan kecintaan seseorang pada sesuatu. Kebiasaan yang (mungkin) tanpa disadari terbentuk karena rutin dilakukan. Kebiasaan yang dilakukan kemudian menyatu pada pribadi seseorang dan menjadikannya sebagai sosok yang unik. Termasuk kebiasaan temanku yang gak bisa memisahkan dirinya dari coklat ...

Sebuah gagasan yang sederhana, kebiasaan membentuk pribadi seseorang ...