Rabu, 14 September 2011

AM I JEALOUS?

"You are jealous," begitu kata John ...
Temanku mengatakan,"No, I am not ..."
"Yes, you are ... You are jealous," kata John lagi.
Temanku terdiam sesaat. "I just remember when he was with me. I worked very hard at that time. We raised the kids together, but then he left me ... I wish he knew that I worked hard at that time. I wish he knew that I did it for him."

Kata-kata temanku ini memang menyedihkan. Di saat dia merasa sudah berkorban banyak untuk pasangannya, ternyata pernikahan mereka kandas di tengah jalan. Aku gak tahu pasti sebenarnya, apakah mereka berpisah baik-baik atau dia ditinggal pergi. Yang kudengar, mereka masih berkomunikasi sejauh membahas berbagai urusan yang berhubungan dengan anak-anak mereka.

Lama sesudahnya gak ada lagi percakapan.
Sampai akhirnya temanku berkata,"Probably because he has a girl friend."
Kalimat itu diucapkannya dengan lirih. Aku menangkap ada kepedihan disitu. Nampaknya temanku merasa belum rela mantan pasangannya memiliki kehidupan baru yang (menurut kacamata temanku) membahagian. 

Kembali temanku mengingat masa lalu saat masih bersama pasangannya dan menanggung susah bersama. Mereka berdua bekerja keras untuk mencukupkan segala kebutuhan dan menunda banyak keinginan pribadi demi kebutuhan lain yang lebih penting. Semua upaya nampaknya tidak membuahkan hasil, sehingga akhirnya mereka berpisah. Setelah mereka berpisah, ayah anak-anak ini menanjak karirnya. Dia memiliki penghasilan yang sangat layak dan hidup dengan berkecukupan. Bahkan dia mulai menjajagi sebuah hubungan baru. Kabar inilah yang membuat temanku tidak terlalu happy. Sekalipun anak-anak temanku masih menjadi tanggungan ayahnya, hal ini tidak membuat bebannya berkurang. Bukan beban finansial melainkan beban psikologis.

Tampaknya temanku merasa pengorbanannya tidak dihargai ....